Blog Ini Bukan Sebagai Acuan Namun Sebagai Gambaran

Minggu, 20 Maret 2011

TUMBUH KEMBANG ANAK

 
A. Pengertian
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel seliruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar.
B. Periode Perkembangan Menurut Umur
  1. Periode Prenatal (konsepsi – lahir)
- Germinal : konsepsi- 2 minggu
- Embrionik : 2 – 8 minggu
- Fetal : 8 – 40 minggu
  1. Periode Infancy (lahir – 12/18 bulan)
- Neonatal : Lahir – 28 hari
- Infancy – 1 tahun
  1. Periode Childhood ( 1 – 6 tahun)
- Toddler : 1 – 3 tahun
- Preschool : 3 – 6 tahun
  1. Periode Middle Childhood ( 6 – 11/ 12 tahun)
  1. Periode Later Chidhood ((11 – 19 tahun)
- Prepurpetal : 10 – 13 tahun
- Adolescence : 13 – 18 tahun
C. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan
  1. Faktor herediter (keturunan )
- Seks : kecepatan tinggi, wanita lebih cepat dari pria
- Ras : Eropa lebih tinggi dan besar dibandingkan Asia
  1. Faktor lingkungan
- Lingkungan eksternal : kebudayaan, status sosial ekonomi, nutrisi, penyimpangan dari keadaan sehat, olah raga, urutan anak dalam keluarga
- Lingkungan internal : intelegensi, hormon, emosi
- Pelayanan kesehatan

D. Pola Pertumbuhan Dan perkembangan
  1. Directional Trends
Prinsip-prinsip, meliputi :
  • Cephalocaudal/head to tail, yaitu perkembangan dari arah kepala ke kaki Misalnya : menganggakat kepala dahulu kemudian mengangkat dada dan mengangkat ekstremitas bagian bawah.
  • Proksimodistal / near to far direction, yaitu menggerakan alat gerak yang paling dekat dengan pusat dan pada anggota gerak yang lebih jauh dari pusat. Misalnya : dapat menggerakan bahu dulu baru jari-jari
  • Mass to specifik/ simple to complex, yaitu menggerakan daerah yang lebih sederhana terlebih dahulu baru kemudian baru daerah yang lebih kompleks. Misalnya menggerakan bahu dahulu baru kemudian jari-jari yang sulit atau melambaikan tangan dahulu baru bisa menggerakan jarinya.
  1. Sequental Trends, yaitu semua dimensi tumbuh kembang dapat diketahui, maka sequense dari tumbuh kembang tersebut dapat diprediksi, dimana hal ini berjalan secara teratur dan kontinyu. Semua anak yang normal mengalami fase ini, setiap fase dipengaruhi oleh fase sebelumnya. Misalnya : tengkurap – merangkak – berdiri – berjalan.
  1. Masa sensitif
    • Masa kritis, masa yang apabila tidak dirangsang/tidak berkembang maka hal ini tidak akan digantikan dengan masa berikutnya.
    • Masa sensitif, masa yang mengarah pada perkembangan mikroorganisme. Misalnya pada saat berkembangnya otak, ibu menderita suatu penyakit maka kemungkinan anak tersebut akan mengalami Hydrocephalus/encephalitis.
    • Masa optimal, suatu masa yang bila diberikan rangsangan secara optimalmaka akan mencapai puncaknya. Misalnya : Anak usia 3 tahun (saat perkembangan otak) dirangsang dengan bacaan-bacaan/gizi yang tinggi maka anak itu akan mencapai perkembangan yang optimal. Perkembangan ini pasti dan tepat, tetapi tidak sama untuk setiap anak. Contoh : ada yang bisa bicara dulu baru berjalan
E. Perkembangan Fungsi Mental Dan Personality
  1. Perkembangan Psikoseksual (Freud)
Teori perkembangan ini dikemukakan oleh Sigmun Freud, yang mengemukakan bahwa:
a. Didalam jiwa ada 3 komponan, yaitu :
  • Id : menangis bila meminta minum, makan dll
  • Ego : lebih rasional, tetapi masa bodoh dengan lingkungan
  • Super ego : lebih memikirkan lingkungan
b. Perkembangan berhubungan dengan fungsi tubuh dan dipandang sebagai aktifitas yang menyenangkan
c. Insting seksual memainkan peranan penting dalam perkembangan kepribadian
Menurut Freud perkembangan manusia terjadi dalam beberapa fase dimana setiap fasenya mempunyai waktu dan ciri-ciri tertentu dan fase ini berjalan secara kontiyu, yaitu :
    • Fase oral ( 0-1 tahun), perkembangan yang positif bila pada fase tersebut memberikan kepuasan/kebahagiaan, dimana anak akan tampak menghisap, memainkan bibir, makan kenyang, tidur lelap dan tidak rewel. Tetapi bila hal tersebut tidak terpenuhi, dimana anak akan tampak suka menggigit, meneluarkan air liur, marah atau menangis. Pada fase ini tugas ibu adalah memenuhi fase oral dengan baik.
    • Fase anal ( 1-3 tahun)
      Pada fase ini fungsi tubuh yang memberikan kepuasan berkisar daerah sekitar anus, perkembangan yang positif pada saat bab/bak anak senang melakukan sendiri dan jika tidak dapat melakukannya dengan baik, anak akan menahan dan mempermainkannya. Tugas pada perkembangan ini adalah belajar menontrol pengeluaran, konsep (bersih, ketepatan waktu, kontrol dini, belajar sendiri).
    • Fase phallic (3-6 tahun)
Pada fase ini akan ditemukan :
1) Anak senang memegang-megang genitalia
2) Dekat dengan orangtua (lawan jenis ), misalnya : oedipus komplek (mencintai ibu), elektra komplek (cemburu karena tidak mempunyai penis)
3) Bersaing dengan orangtua yang sama jenisnya, misalnya egosentris (sosial interaksi), mempertahankan keinginan.
  • Fase latent (6-12 tahun)
    Pada fase ini bercirikan : orientasi sosial ke luar rumah (senang bermain), pertumbuhan inteletual dan sosial, banyak teman, impuls agresifitas lebih terkontrol
  • Fase genital (lebih dari 12 tahun), fase ini tinggal melengkapi fase sebelumnya, yaitu penentuan identitas, belajar tidak tergantung pada orangtua, bertanggungjawab pada diri sendiri, intim dengan lawan jenis (bila berhasil maka akan dapat berinteraksi dengan peer group dengan baik tetapi sebaliknya dapat mengalami konflik diri).
  1. Perkembangan Psikososial (Erikson)
Terbagi menjadi beberapa tahap :
a. Percaya vs tidak percaya (0-1 tahun)
Begitu bayi baru lahir kontak dengan dunia luar maka mutlak tergantung dengan orang lain. Rasa aman dan percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan. Contoh : Bayi berhubungan dengan dunia luar perlu alat : mulut dan panca indera perantara ibu. Rasa percaya timbul apabila hubungan antara ibu dan anak (pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial) adekuat. Rasa tidak percaya timbul apabila kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekuat (kurangnya pemenuhan bio-psiko-sosial). Contoh : Anak tidak mendapat air susu yang adekuat ketika ia lapar.
b. Otonomi vs rasa malu-malu ( (1-3 tahun)
Pada usia ini alat gerak dan rasa telah matang dan ada percaya terhadap ibu dan lingkungan . Perkembangan otonomi selamaperiode batita berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk menontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak menyadari bahwa ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat sesuai dengan kemauannya. Misalnya: kepuasan memanjat, berjalan. Selain itu anak dapat menguraikan kemampuan mentalnya : untuk menolak dan mengambil keputusan. Rasa otonomi ini perlu dikembangkan karena penting untuk terbentuknya rasa percaya diri dan harga diri di kemudian hari. Hubungan dengan orang lain bersifat egosentris mementingkan dirinya. Perkembangan ini kearah positif bila lingkungan memberikan dukungan dan keyakinan yang jelas, dan sebaliknya akan timbul rasa malu dan ragu-ragu apabila anak tidak mampu mengatasi tindakan yang dipilihnya, misalnya : terjadi pada orang tua yang terlalu mengontrol anaknya.
c. Inisiatif vs rasa bersalah ( 3-6 tahun), pada tahap ini anak akan :
1) Anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan
2) Rasa inisiatif mulai menguasai anak
3) Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas tertentu
4) Anak mulai diikut sertakan sebagai individu, misalnya turut serta merapihkan tempat tidur, membantu orangtua di dapur
5) Anak mulai memperluas lingkungan pergaulannya: aktif di luar rumah
6) Kemampuan berbahasa meningkat
7) Hubungan dengan teman sebaya atau saudara cendrung untuk menang sendiri
8) Rasa kecewa dan rasa bersalah dapat timbuloleh karena anak tidak dapat mencapai tujuan atau kegiatannya, karena keterbatasan lingkungan (misal : orangtua terlalu tinggi/berlebihan yang membuat anak merasa aktifitasnya atau imajinasinya buruk.
d. Industri vs inferioritas (6 –12 tahun), pada tahap ini anak akan :
    • Anak dapat membuat atau menghadapi dan menyelesaikan tugas/perbuatannya yang akhirnya dapat menghasilkan sesuatu.
    • Anak siap meninggalkan orangtua, rumah dalam waktu yang terbatas, yaitu untuk sekolah.
    • Melalui proses pendidikan anak belajar untuk : bersaing (kompetitif), sifat kooperatif dengan orang lain, setia kawan, belajar peraturan-peraturan yang berlaku.
    • Kunci proses sosialisasi: guru dan teman sebaya.
    • Identifikasi bukan pada orangtua tapi orang lain, misalnya : anak lebih menyukai dan patuh kepada gurunya daripada dengan orangtuanya.
    • Apabila anak tidak dapat memenuhi keinginannya sesuai dengan standar dan terlalu banyak yang diharapkan terhadap mereka maka akan dapat timbul masalah gangguan.
e. Identifikasi vs difusi peran (12-18 tahun), pada tahap ini anak akan :
    • Terdapat perubahan fisik, dan jiwa dimasa biologis seperti pada orang dewasa, sedangkan dalam hal psikososial belum mempunyai hak seperti orang dewasa)
    • Masa standarisasi diri, yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan.
    • Peran orangtua sebagai sumber perlindungan dan sumber nilai utama mulai menurun
    • Peran kelompok dan teman sebaya tinggi, teman sebaya dipandang sebagai teman senasib, partner dan saingan.
    • Melalui kehidupan berkelompok, remaja bereksperimen dengan peranan dan dapat menyalurkan diri
    • Identitas diri yang positif terbentuk, bila : situasi rumah cukup baik, ia merasa sejahtera dalam dirinya dan ia merasa diterima dalam kelompoknya.
    • Difusi peran (kehilangan kepercayaan diri), bingung, mencari identitas, terjadi apabila hal-hal di atas tidak tercapai, tidak mampu mengatasi konflik.
  1. Perkembangan Kognitif (Piaget )
a. Tahap I Sensorimotorik (lahir – 2 tahun)
    • Anak menggunakan sistem motorik, pengindraan dan benda untuk mengenal lingkungannya.
    • Rangsangan secara positif menyebabkan bayi akan berespon dengan menggunakan reflek yang ada : makan, bersin, gerak motorik
b. Tahap II Preoperasional ( 2 – 7 tahun)
    • Sensori motorik : anak mampu menggunakan simbol-simbol, kata-kata, mengingat masa lalu, sekarang dan yang akan datang
    • Tingkah laku anak berubah egoistis
c. Tahap III Konkrit Operasional ( 7 – 11 tahun)
    • Anak dapat berfikir secara logis dan terarah, mengelompokan fakta-fakta
    • Anak mampu berfikir dari sudut pandangan orang lain
    • apat berfikir secara abstrak
    • Mengatasi persoalan secara nyata dan sistematis, contoh : anak dapat menghitung walaupun susunan benda diubah serta mengetahui jumlahnya tetap sama
d. Tahap IV Format Operation ( 11 – dewasa)
    • Anak mengembangkan kemampuan kognitif untuk berfikir abstrak dan hipotesis
    • Anak dapat memikirkan hal-hal apa yang akan terjadi
    • Kemampuan berfikir secara sistematis dalammemecahkan suatu persoalan
  1. Perkembangan Emosi dan Sosial
Kepribadian merupakan integrasi antara perasaan dan sikap yang dicerminkan dalam tingkah laku. Kepribadian yang sehat apabila seseorang memberikan kasih sayang, mencapai sesuatu yang diinginkan dan menjadi interdependen pada fungsinya.
  1. Pekembangan Moral (Kohberg)
a. Prekonvensional atau premoral (todler)
Tingkah laku ditentukan karena kebabasan dan pembatasan dari lingkungan. Berorientasi pada hukuman dan kepatuhan, yaitu dimana tindakan baik/butuk tergantung dengan reward/hukuman. Jika anak mendapatkan hukuman berarti tindakannya salah tanpa menghiraukan arti dari tindakan tersebut.
b. Konvensional level of moral reassoning (Remaja awal)
Konsep benar dan salah didapat dari guru, orangtua, dan aturan yang konkrit
c. Prinsipled moral reassoning (Remaja akhir)
Menggunakan prinsip alasan moral dan alasan konvensional berkurang
  1. Perkembangan Spiritual
Karena proses kognitif belum matang, sehingga anak hanya mengenal Tuhan secara sama-samadan pengajaran agama. Melakukan ibadah yang rutin, berdo’a hendak makan dan hendak tidur merupakan sifat yang penting dan nyaman. Pada akhir todler (preoperasional), pengertian tentang Tuhan meningkat, melibatkan pendidikan tentang konsekwensi tingkah laku (surga/neraka). Pada saat remaja akhir, remaja mengevaluasi kembali nilai dan kepercayaan pada waktu masa sebelumnya (anak-anak)
F. Aktifitas Bermain Dan Perkembangan Anak
  1. Pengertian
a. Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik di dalam dirinya yang tidak disadari ( Miller & Keane, 1983)
b. Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan (Fosler, 1989).
  1. Klasifikasi Bermain
Menurut isinya terbagi :
  • Sosial efektive play, yaitu : anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan terhadapnya dalam bentuk bermainan. Misal : orangtua berbicara dan memanjakan, dan anak tertawa senang
  • Sense of plesure play, yaitu: anak akan memperoleh kesenangan dari objek yang ada di sekitarnya. Misal: anak bermain air atau pasir
  • Skill play, yaitu : merupakan permainan yang memberikan kesempatan pada anak untuk memperoleh keterampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang. Misalnya : mengendarai sepeda
  • Dramatic play, yaitu : anak akan berfantasi menjalankan peran tertentu, misalnya menjadi : ayah, ibu, perawat, dokter atau guru.
Menurut karakteristik sosial, bermain terdiri dari :
a. Solitary play yaitu
Dilakukan oleh balita (todler), merupakan jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermain di sekitarnya.
b. Paralel play (permainan sejenis) yaitu
Dilakukan suatu kelompok anak balita atau pra sekolah yang masing-masing mempunyai permainan yang sama tetapi satu samalainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung.
c. Assosiatif play
Merupakan permainan di mana anak bermain dalam kelompok dengan aktifitas yang sama tetapi belum terorganisir dengan baik. Jadi belum ada pembagian tugas diantara anak dan mereka bermain sesuai dengan keinginannya.
d. Coopratif play
Anak bermain bersama dengan jenis permainan yang terorganisir, terencana dan ada aturan tertentu. Permainan ini dilakukan oleh anak usia sekolah/adolesens
  1. Bermain dan Manfaatnya Bagi Perkembangan
Bermain akan membantu :
a. Perkembangan kognisi
    • Bahasa , meliputi : receptive (memahami apa yang dikatakan orang lain), expressive (mengemukakan perasaan dan pendapatnya), perbendaharaan kata .
    • Belajar konsep: meliputi, warna, ukuran, bentuk, arah, urutan, pengelompokan
    • Kreatifitas
    • Eksperimen dan eksplorasi
b. Perkembangan motorik : halus dan kasar
c. Perkembangan sosial, meliputi : komunikasi, relasi, penyelesaian masalah dan peran sosial
d. Perkembangan kepribadian, meliputi : ketekunan, konsentrasi, konsep diri, penyaluran emosi, moral, murah hati, jujur, dan sportif
e. Perkembangan fisik, meliputi : otot tubuh lebih kuat, indra lebih peka, dan energi tubuh tersalur
  1. Bermain Di Rumah Sakit
a. Tujuan
    • Dapat melanjutkan tumbuh kembang selama perawatan sehingga kelangsungan tumbuh kembang dapat berjalan
    • Dapat mengembangkan kreatifitas, pengalaman bermain yang tepat
    • Dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena penyakit, dirawat di rumah sakit
b. Prinsip Bermain Di Rumah sakit
    • Tidak banyak energi, singkat, sederhana
    • Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
    • Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan
    • Melibatkan orangtua keluarga
c. Keuntungan Bermain Di Rumah sakit
    • Meningkatkan hubungan perawat dan klien
    • Memulihkan rasa mandiri
    • Dapat mengekspresikan rasa tertekan
    • Bermain terapeutik ; meningkatkan penguasaan pengalaman yang terapeutik
    • permainan kompetisi; menurunkan stress
    • Membina tingkah laku positif di rumah sakit
    • Alat komunikasi antara perawat dan klien