Blog Ini Bukan Sebagai Acuan Namun Sebagai Gambaran

Kamis, 03 Maret 2011

ASUHAN KEPERAWATAN HIDROCEPALUS

1. Definisi
Hidrocepalus (air di dalam otak) ditandai dengan akumulasi CSS di bagian mana saja di ventrikel otak. Hidrosepalus dapat terjadi akibat pembentukan CSS yang berlebihan. Obstruksi aliran CSS di dalam sistem ventrikel atau penurunan absorbsi CSS keluar ventrikel
(Elizabeth. J. Crown. 2009).

Hidrocepalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan Serebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS.
(Ngastiyah, 1997).
baca selengkapnya

2. Klarifikasi
- Hidrosepalus Obstruktif/non Komunikans
Terjadi akibat obstruktif CSS di dalam sistem ventrikel antara pembentukan CSS oleh Pleksus Koroidalis dan keluarnya dari ventrikel IV melalui Foramen luscha dan Magendie, jenis ini dapat terjadi pada tumor atau akibat regularitas kongenital pada saluran ventrikel.

- Hidrosepalus Komunikans
Terjadi akibat sumbatan pada absorbsi CSS, penyebab hidrosepalus jenis ini adalah pembesaran jaringan (biasanya neoplasma) atau darah di ruang Subaraknoid. Jenis ini penyebabnya cidera kepala.

(Donna L Wong, 572)

3. Etiologi
A. Kelainan Kongenital
- Stenosus aquaduktus sylvii.
- Spina bifida dan kranium bifida.
- Sindrom dandi-walker.
- Kista araknoid.
- Anomali pembuluh darah.
B. Infeksi
C. Neoplasma
D. Pendarahan
(Ngastiyah. 1997)

4. Manifestasi Klinik
- Bayi baru lahir dengan hidrosepalus dapat memiliki kepala yang membesar dan tangisan melengking, Fontanel arteriol menonjol, Vena pada kulit dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis, mata melihat ke bawah (tanda Setting Sun) mudah terstimulasi, lemah, kemampuan menelan kurang dan tidak ada reflek muntah.

- Hidrosepalus yang berkembang secara akut menyebabkan intrakranial yang cepat dan dapat menimbulkan sakit kepala hebat, penurunan kesadaran, papil edema, apnue, aspirasi, muntah, kesulitan menelan, bunyi nafas stridor, kesulitan bernafas.

- Hidrosepalus yang berkembang lambat dapat menimbulkan iritabilitas serta perubahan kognitif dan prilaku : Bicara inkoheren, bingung, apatis, letargi, ataksia, dan mudah terstimulasi.
(Sunardi, Rita Yuliyani. 2006) dan (Elizabeth. J. Crown. 2009)


5. PatoFisiologi :
Infeksi, Neoplasma, Pendarahan,
Kelainan Kongenital/Malformasi
Perkembangan Otak Janin

Obstruksi aliran cairan melalui serebrospiral melalui
sistem ventrikel non communicating hydrocephalus

Akumulasi cairan serebrospiral di ventrikel


Ventrikel dilatasi/dilatasi di ruang CSS


Pembentukan CSS meningkat x kecepatan absorbsi normal


Hidrosepalus


Aliran darah, suplai oksigen dan glukosa
pada neuron terganggu


TIK ↑ dan pembesaran tengkorak


Nyeri kepala muntah edema pupil
(gg. penglihatan)


Gangguan rasa Gangguan resiko cidera
nyaman nyeri kebutuhan nutrisi


Gangguan perfusi penurunan kesadaran
Jaringan serebral

MK : Neurologi
-kecemasan orang tua
-intoleransi aktivitas


Gangguan integritas
kulit
(Sumber: Suriadi dan rita yuliani, 2006)
Kebutuhan Cairan dan Kalori
Pemberian cairan intravena dan makanan pada penderita hidrosepalus harus cukup mengandung kalori, cairan dan tinggi protein.

Pada bayi dan anak
BB Kebutuhan air/hari
<10 Kg 11 – 20 Kg >20 Kg 100 ml/Kg BB
1000 ml + 50 ml/Kg BB
1500 ml + 20 ml/Kg BB

- Kebutuhan kalium 2,5 m Eq / Kg BB / hari
- Kebutuhan natrium 3 m Eq / Kg BB / hari
(PT Otsuka Indonesia, Pedoman Cairan Infus, 2007)

6. Komplikasi
- Retardasi mental dapat terjadi/keterlambatan perkembangan dan sosial
- Kematian.
- Kerusakan otak.
- Hematom subdural, peritonitis, obses abdomen, perforasi organ dalam fistula, hernia dan ileus.
- Infeksi.
- Shunt tidak berfungsi.

7. Pemeriksaan diagnostik
- CT-Scant dan MRI (Magnetic Ressonance Imaging), menunjukkan pembesaran ventrikel dan untuk mengidentifikasi penyebabnya.
- Transimulasi dan fungsi ventrikel.
- Lingkar kepala pada masa bayi dan observasi garis sutura kranial.

8. Penatalaksanaan Medis
- Non Pembedahan
Pemberian acetazolamide dan isosorbite atau furosemide yang berfungsi mengurangi produksi cairan serebrospiral.
- Pembedahan
Pengangkatan penyebab obstuksi misalnya neoplasma, kista atau hematom. Pemasangan shunt yang bertujuan untuk mengalirkan cairan serebrospiral yang berlebihan dari ventrikel ke ruang ekstrakranial.
a. Drainage ventrikulo – peritoneal
b. Drainage lombo – peritoneal
c. Drainage ventrikulo – pleural
d. Drainage ventrikulo – uretrostomi
e. Drainage ke dalam antrium mastoid.
f. Drainage CSS ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (holter valve).
(Suriadi dan Rita Yuliyani, 2006) dan (Ngastiyah, 1997).

9. Asuhan Keperawatan
- Pengkajian :
- Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai cidera kepala atau infeksi serebral.
- Lakukan pengkajian fisik, khususnya untuk bukti-bukti perbaikan, miole meningokel, pengukuran lingkar oksipito frontal.
- Observasi adanya manifestasi hidrosepalus.
a. Bayi muda
- Pembesaran frontal atau “bossing”.
- Depresi mata.
- Tanda setting sun (sclera terlihat di atas iris).
- Pupil lambat dalam berespon, dan dengan respon yang tidak sama terhadap cahaya.

b. Bayi umum
- peka rangsang
- letargi
- Bayi menangis bila diangkat/diayun dan diam bila dibiarkan berbaring.
- Kerja reflek dini bayi menetap.
- Respon normal tidak terlihat.
- Dapat menunjukkan hal-hal berikut :
• Perubahan tingkat kesadaran
• Spestisitas ekstremitas bawah
- Kasus-kasus parah :
• Sulit menghisap dan makan
• Menangis melengking, singkat dan bernada tinggi.

c. Masa kanak-kanak
- Sakit kepala pada saat bangun, membaik setelah muntah atau postur tegak.
- Papil edema.
- Peka rangsang.
- Letargi.
- Apatis.
- Konfusi.
(Donna, L, Wong, 2003)

Diagnosa Keperawatan :
1. Resiko tinggi cidera b.d peningkatan TIK
Tujuan : - pasien tidak menunjukkan bukti-bukti peningkatan TIK dan pasien
tidak mengalami peningkatan TIK.
Intervensi :
- Observasi adanya tanda-tanda peningkatan TIK.
- Hindari pemasangan infus intravena di vena kulit kepala.
- Posisikan kepala sesuai ketentuan (tempatkan pada sisi yang tidak dioperasi).
- Tinggikan kepala tempat tidur.
- Jaga agar anak tetap berbaring datar bila diinstruksikan.
- Lakukan perawatan pasca operasi.
- Hindari sedasi.
Rasional :
- Untuk mencegah keterlambatan tindakan.
- Prosedur akan mempengaruhi sisi IV.
- Untuk mencegah tekanan pada katub pirau.
- Untuk membantu mencegah komplikasi karena penurunan cairan intrakranial.
(Donna, L, Wong, 2003).

2. Resiko tinggi infeksi b.d sistem drainase, prosedur bedah.
Tujuan : pasien tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi.
Intervensi :
- Kaji anak untuk tanda-tanda infeksi cairan serebrospiral (CSS), yang mencakup peningkatan tanda-tanda vital, makan buruk, muntah, penurunan responsifitas, aktivitas kejang.
- Observasi adanya kemerahan, bengkak (tanda-tanda implamasi lokal) pada sisi operatif dan sepanjang jalur pirau.
- Berikan antibiotik.
- Bantu praktisi dengan instilasi antibiotik intraventrikel sesuai kebutuhan.
- Inspeksi sisi insisi untuk adanya kebocoran (indikator dari CSS).
- Berikan perawatan luka.
- Jaga agar popok anak tidak menyentuh sisi balutan peritoneal atau garis jahitan.

Rasional :
- Tanda-tanda implamasi lokal.
- Karena hal ini merupakan indikator dari CSS.
- Untuk mencegah terjadinya infeksi.
- Mencegah terjadinya komplikasi.

3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d area tekanan, paralitis, spingfer anal yang terlelaksasi.
Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit, kulit tetap bersih, utuh dan bebas iritasi.
Intervensi :
- Berikan perawatan kulit yang cermat.
- Tempatkan anak pada permukaan yang menurunkan tekanan.
- Inspeksi permukaan kulit dengan teratur sedikitnya 2x sehari.
- Lindungi lipatan kulit dan permukaan yang bergesekan.
- Jaga agar pakaian pasien tetap bersih kering dan bebas dari lipatan.
- Masase kulit dengan lembut menggunakan lotion, hindari area tekanan yang memerah.
Rasional :
- Untuk mencegah kerusakan jaringan karena kelemahan tekanan.
- Untuk mencegah kerusakan jaringan dari nekrosis tekanan.
- Untuk mencegah ekskortasi.
- Untuk merangsang sirkulasi dan mencegah kekeringan.

4. Perubahan proses keluarga b.d krisis situasi (anak dengan defek fisik).
Tujuan : keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan
terapinya.
Intervensi :
- Kenali masalah keluarga dan kebutuhan akan informasi dukungan.
- Kaji pemahaman keluarga tentang diagnosa dan rencana perawatan.
- Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyakit dan therapinya.
- Bantu keluarga menginterpretasikan perilaku bayi, anak serta responsinya.
(Donna, L, Wong, 2003)

DAFTAR PUSTAKA
- Crown J. Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi : EGC Jakarta.
- Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit : EGC Jakarta.
- Suriadi dan Rita Yulianni. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta.
- Wong, L Donna. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik : EGC Jakarta.