Blog Ini Bukan Sebagai Acuan Namun Sebagai Gambaran

Kamis, 17 Maret 2011

ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESARIA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Masalah keperawatan yang bisa diidentifikasi dari seluruh lapangan praktek maternitas  meliputi kurangnya pengetahuan dan keterampilan ibu nifas tentang cara merawat payu dara, perineum, meneteki yang benar, nutrisi, program KB. Perawatan bayi meliputi ; immunisasi, merawat tali pusat dan memandikan, cara mengganti popok, persaingan antar saudara(sibling) mengenal tanda - tanda bahaya. Apabila masalah-masalah keperawatan diatas muncul akan menimbulkan suatu masalah kesehatan dan dapat meningkatkan morbiditas ibu nifas, ini akan menyebabkan waktu dan biaya perawatan masa nifas akan meningkat, yang berarti bisa menimbulkan angka kematian ibu dan bayi. Masalah -masalah keperawatan yang timbul pada masa nifas diatas sebetulnya dapat dicegah dengan memberikan asuhan keperawatan yang baik dan benar sesuai kewenangan perawat. Standar praktek asuhan keperawatan nifas
disusun untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan merupakan suatu kewenangan melakukan tindakan keperawatan. Tipe standar yang digunakan untuk membuat standar asuhan keperawatan nifas pada makalah ini menggunakan tipe standar normatif, berorientasi kepada praktek keperawatan ideal yang harus diberikan kepada klien nifas.
Dengan pendekatan ini penyusunan standar praktek asuhan keperawatan nifas digunakan pendekatan proses keperawatan meliputi ; Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Identifikasi hasil yang diharapkan, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi (ANA, 1991)
Teori keperawatan yang digunakan adalah teori “Self Care Deficit” yang dikemukakan oleh Dorothea Orem. Filosofi Orem dikatakan bahwa manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan dalam merawat dirinya sendiri. Yang dimaksud dengan self care(perawatan mandiri) adalah aktivitas seseorang untuk menolong dirinya sendiri dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Teori keperawatan ini digunakan sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan nifas. Perawat profesional bertanggung jawab dalam membantu klien dan keluarga untuk mencapai kemandiriannya. Kemandirian ibu nifas bisa tercapai bila kegiatan asuhan keperawatan didasari adanya kerjasama yang baik antara perawat dalam memberikan pengetahuan dan motivasi kepada ibu nifas dalam memenuhi kebutuhan klien ibu nifas.
Beberapa keuntungan dalam teori bagi ibu nifas yaitu pengetahuan akan meningkat dan akhirnya ibu dan keluarga akan mandiri dalam pemeliharaan kesehatannya. Kemandirian pada ibu nifas sangatlah penting karena setelah pulang, keluarga harus mampu merawat untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraannya.
Berikut ini penyusunan standart asuhan keperawatan ibu nifas dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (ANA, 1991).

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).
Sesuai pengertian di atas maka penulis mengambil kesimpulan, sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat.
  1. Ibu
    1. Indikasi sectio caesaria
    2. disproporsi kepala panggul/CPD//FPD
    3. Disfungsi uterus
    4. Distosia jaringan lunak
    5. Plasenta previa
  2. Anak
Janin besar
  • Gawat janin
  • Letak lingtang
Kontra indikasi sectio caesaria : pada umumnya sectio caesarian tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi berat, sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (monster)
(Sarwono, 1991)
2.2. Tipe operasi sektio caesaria :
· Sektio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri.
· Sektio caesaria abdominalis
· Sektio caesaria ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim
· Sectio caesaria transperitonialis yang terdiri dari :
  1. Sektio caesaria ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
  2. Sektio Caesaria vaginalis
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig
2. Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
3. Sayatan huruf T (T-incision)
(Mochtar, Rustam, 1992)
2.3. Prognosis
Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang oleh karena kemajuan yang pesat dalam tehnik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.
Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga – tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000.
Nasib janin yang ditolong secara sectio caesaria sangat tergantung dari keadaan janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara – negara dengan pengawasan antenatal yang baik dari fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4 – 7 % (Mochtar Rustam, 1992).
 
2.4. Komplikasi
  • Pada Ibu
1. Infeksi puerperal
2. Perdarahan
3. Komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru, dan sebagainya jarang terjadi.
  • Pada anak
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut statistik di negara – negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4 dan 7 %. (Sarwono, 1999).
 
2.5. Pemeriksaan Dianostik
· Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
· Pemantauan EKG
· JDL dengan diferensial
· Elektrolit
· Hemoglobin/Hematokrit
· Golongan dan pencocokan silang darah
· Urinalisis
· Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
· Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
· Ultrasound sesuai pesanan
(Tucker, Susan Martin, 1998)
Periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan pernafasan, ukur jumlah urin yang tertampung dikantong urin, periksa/kultur jumlah perdarahan selama operasi.
Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas pada lembar laporan. Catat lama operasi, jenis kelamin, nilai APGAR dan kondisi bayi saat lahir, lembar operasi ditandatangani oleh operator. Buat instruksi perawatan yang meliputi :
1. Perawatan pasca operasi
  • Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi nadi dan nafas.
  • Jadwal pengukuran jumlah produksi urin
  • Berikan infus dengan jelas, singkat dan terinci bila dijumpai adanya penyimpangan pada No. 1 dan 2.
2. Penatalaksanaan medis
· Cairan IV sesuai indikasi.
· Anestesia; regional atau general
· Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria.
· Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi.
· Pemberian oksitosin sesuai indikasi.
· Tanda vital per protokol ruangan pemulihan
· Persiapan kulit pembedahan abdomen
· Persetujuan ditandatangani.
· Pemasangan kateter foley
2.6. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa. (Tucker, Susan Martin, 1998)
2.7. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan post operasi sectio caesaria ada 6 (Tucker, Susan Martin, 1998) yaitu ;
  1. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur dan perawatan sebelum melahirkan sesar.
  2. Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.
  3. Kerusakan perfusi jaringan kardiopulmoner dan perifer yang berhubungan dengan interupsi aliran sekunder terhadap imobilitas pasca operasi.
  4. Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.
  5. Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.
  6. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.
2.8. Intervensi
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur dan perawatan sebelum melahirkan sesar.
Tujuan :
- Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama dalam persiapan prabedah.
Intervensi :
  • Diskusikan dengan ibu dan orang terdekat alasan untuk seksio saesaria.
  • Jelaskan prosedur praoperasi “normal” dan resiko variasi untuk situasi saat ini.
  • Saksi penandatanganan persetujuan tindakan dan dapatkan tanda vital dasar.
  • Ambil darah untuj JDL, elektrolit, golongan darah dan skrin.
  • Dapatkan urine untuk urinalisis.
Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.
Tujuan :
Nyeri diminimalkan/dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia nyaman.
Intervensi :
  • Antisipasi kebutuhan terhadap obat nyeri dan atau metode tambahan penghilang nyeri.
  • Perhatikan dokumentasikan, dan identifikasi keluhan nyeri pada sisi insisi; abdomen, wajah meringis terhadap nyeri, penurunan mobilitas, perilaku distraksi/penghilang.
  • Berikan obat nyeri sesuai pesanan dan evaluasi efektivitasnya.
  • Berikan tindakan kenyamanan lain yang dapat membantu, seperti perubahan posisi atau menyokong dengan bantal.
Kerusakan perfusi jaringan kardiopulmoner dan perifer yang berhubungan dengan interupsi aliran sekunder terhadap imobilitas pasca operasi.
Tujuan :
- Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan
- Menunjukkan tak ada tanda atau gejala emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawatan di rumah sakit.
Intervensi :
1. Kaji status pernafasan dengan tanda vital
2. Dokumentasikan dan laporkan peningkatan frekuensi pernafasan, batuk non produktif, ronki terdengar, rales, atau kongesti jalan napas atas.
3. Anjurkan pasien untuk batuk, membalik, dan napas dalam setiap 2 jam selama hari pascaoperasi pertama.
4. Demostrasikan pembebatan untuk menyokong insisi.
5. Anjurkan penggunaan spirometer insentif.
 
Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.
Tujuan :
- Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan
- Mengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan.
Intervensi :
1. Anjurkan berkemih setiap 4 jam sampai 6 jam bila mungkin.
2. Berikan tekhnik untuk mendorong berkemih sesuai kebutuhan.
3. Jelaskan prosedur perawatan perineal per kebijakan rumah sakit.
4. Palpasi abdomen bawah bila pasien melaporkan distensi kandung kemih dan ketidakmampuan untuk berkemih.
5. Anjurkan ibu untuk ambulasi sesuai toleransi.
 
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur dan perawatan sebelum melahirkan sesar.
Tujuan :
- Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama dalam persiapan prabedah.
Intervensi :
1. Diskusikan dengan ibu dan orang terdekat alasan untuk seksio saesaria.
2. Jelaskan prosedur praoperasi “normal” dan resiko variasi untuk situasi saat ini.
3. Saksi penandatanganan persetujuan tindakan dan dapatkan tanda vital dasar.
4. Ambil darah untuj JDL, elektrolit, golongan darah dan skrin.
5. Dapatkan urine untuk urinalisis.
 
Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.
Tujuan :
- Nyeri diminimalkan/dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia nyaman.
Intervensi :
- Antisipasi kebutuhan terhadap obat nyeri dan atau metode tambahan penghilang nyeri.
- Perhatikan dokumentasikan, dan identifikasi keluhan nyeri pada sisi insisi; abdomen, wajah meringis terhadap nyeri, penurunan mobilitas, perilaku distraksi/penghilang.
- Berikan obat nyeri sesuai pesanan dan evaluasi efektivitasnya.
- Berikan tindakan kenyamanan lain yang dapat membantu, seperti perubahan posisi atau menyokong dengan bantal.
 
Kerusakan perfusi jaringan kardiopulmoner dan perifer yang berhubungan dengan interupsi aliran sekunder terhadap imobilitas pasca operasi.
Tujuan :
- Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan
- Menunjukkan tak ada tanda atau gejala emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawatan di rumah sakit.
Intervensi :
1. Kaji status pernafasan dengan tanda vital.
2. Dokumentasikan dan laporkan peningkatan frekuensi pernafasan, batuk non produktif, ronki terdengar, rales, atau kongesti jalan napas atas.
3. Anjurkan pasien untuk batuk, membalik, dan napas dalam setiap 2 jam selama hari pascaoperasi pertama.
4. Demostrasikan pembebatan untuk menyokong insisi.
5. Anjurkan penggunaan spirometer insentif.
 
Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.
Tujuan :
- Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan
- Mengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan.
Intervensi :
1. Anjurkan berkemih setiap 4 jam sampai 6 jam bila mungkin.
2. Berikan tekhnik untuk mendorong berkemih sesuai kebutuhan.
3. Jelaskan prosedur perawatan perineal per kebijakan rumah sakit.
4. Palpasi abdomen bawah bila pasien melaporkan distensi kandung kemih dan ketidakmampuan untuk berkemih.
5. Anjurkan ibu untuk ambulasi sesuai toleransi.
 
Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.
Tujuan :
- Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi.
- Involusi uterus berlanjut secara normal
Intervensi :
1. Pantau terhadap peningkatan suhu atau takikardia sebagai tanda infeksi
2. Observasi insisi terhadap infeksi.
3. Penggantian pembalut atau sesuai pesanan
4. Kaji fundus, lochia, dan kandung kemih dengan tanda vital sesuai pesanan.
5. Massage fundus uteri bila menggembung dan tidak tetap keras
 
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.
Tujuan :
- Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar.
Intervensi :
1. Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi dan pentingnya diet nutrisi.
2. Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana.
3. Jelaskan bahwa lochia dapat berlanjut selama 3 – 4 minggu, berubah dari merah ke coklat sampai putih.
4. Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latiha keras sampai diizinkan oleh dokter.
5. Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual bila menyusui.
2.7. Pelaksanaan / Intervensi
Tindakan keperawatan mandiri
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses Association; undang – undang praktik keperawatan negara bagian; dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.
Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaboratif diimplementasikan bila perawat bekerja dengan anggota tim perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah klien.
Dokumentasi tindakan keperawatan dan respons klien terhadap asuhan keperawatan.
Frekuensi dokumentasi terhantung pada kondisi klien dan terapi yang diberikan. Di rumah sakit, catatan perawat ditulis minimal setiap shift dan diagnosa keperawatan dicatat di rencana asuhan keperawatan. Setiap klien harus dikaji dan dikaji ulang sesuai dengan kebijakan institusi perawatan kesehatan (Allen, Carol Vestal, 1998)
2.8. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang diamati dengan kriteria hsil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.
Komponen tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap – tahap proses keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan. (Allen, Carol Vestal, 1998) Pada evaluasi klien dengan post operasi sectio caesaria, kriteria evaluasi adalah sebagai berikut :
  1. Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama dalam persiapan prabedah
  2. Nyeri diminimalkan/dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia nyaman
  3. Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan dan menunjukkan tak ada tanda atau gejala emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawatan di rumah sakit.
  4. Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan dan mengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan
  5. Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi, involusi
  6. uterus berlanjut secara normal
  7. Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar
 
DAFTAR PUSTAKA
1. Allen, Carol Vestal, (1998) Memahami Proses Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
2. Hamilton, Persis Mary,(1995) Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6, EGC. Jakarta.
3. Ibrahim S. Cristina,(1993) Perawatan Kebidanan, Bratara Jakarta.
4. Manuaba, Ida Bagus Gde, (1998), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC. Jakarta.
5. Martius, Gerhard, (1997), Bedah Kebidanan Martius, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
6. Muchtar, Rustam,(1998), Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 1, EGC. Jakarta.
7. Sarwono Prawiroharjo,(1999)., Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
8. Tucker, Susan Martin, (1998), Standar Perawatan Pasien, Edisi 5, Volume 4, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.